Alhamdulillah telah bukaan 1. Namun ketuban itu selalu serta selalu keluar, sampai jam 11. 30 alhamdulillah telah bukaan 8, lalu jam 12. 30 alhamdulillah bukaan 10. Persalinan dijelang, saya masuh ruangan persalinan ditungguin oleh suami terkasih. beliau tidak hentinya melafadzkan dzikir sembari memegang erat tanganku yang tengah berupaya untuk melahirkan. Hingga jam 15. 30 anakku juga belum lahir.. Kami masih berupaya sekuat tenaga untuk sistem persalinan normal.
Suamiku tidak henti-hentinya meneteskan airmata saat melihatku lewat sistem persalinan. Dokterpun masuk mengontrol kami, lalu hati kami berdua dikagetkan dengan kalimat “Denyut jantungnya melemah,.. ” namun kekuasaan Allah, 5 menit lalu di check alhamdulillah normal. Lalu jam 16. 00 ditetapkan untuk operasi caesar. Serta kamipun menyanggupinya.
Alhamdulillah jam 16. 45 putra kami lahir, lelaki serta kami berikan nama Asfarizal Abdurrahim
Fadiyya Alfauzan. Alhamdulillah, hidupnya mancung seperti ayahnya, nyaris semua serupa ayahnya. Suamiku menangis tidak henti-henti…. bersukur pada Allah, sehari-hari beliau melantunkan hafalan surat-surat dalam AlQuran, juz 29 yang kerap ia bacakan untukku serta putraku dengan hafalan beliau.
Kebahagiaan menyelimuti kami berdua, serta putra kami ajak untuk kuliah S2..
Alhamdulillah suami nyaris usai S2, serta Allah memberi keringanan baginya untuk S3. Walau demikian sebelumnya bln. November beliau mesti usai S2nya. Ditengah aktivitas kami sebagai orangtua baru, kami mesti bekerja bersama untuk merampungkan S2 suamiku. Alhamdulillah sesuai sama gagasan.
Setiap malam saya temaninya serta membantunya untuk merampungkan S2nya, serta lalu ditambah lagi dia mesti membawa jurnal yang akan dipresentasikan ke Thailand. Alhamdulillah jurnal di terima oleh pihak penyelenggara, serta beliau dijanjikan untuk S3 ke Jepang, Nagoya University jika beliau dapat mengemukakan paper di seminar dengan baik.
Hari keberangkatan tiba, tanggal 2 November 2007. dengan sukacita beliau bertolak ke Thailand, dengan ‘sangu” bakal jadi pembicara di sana. Sms untuk sms kuterima dengan penuh kebahagiaan serta sukacita. Alhamdulillah, sang promotor menyepakati beliau untuk meneruskan S3 ke Jepang. beliau sms, “Alhamdulillah istriku terkasih, mas dapat pergi ke Jepang karena Pak Profesor terima pemaparan mas dengan baik, insya Allah”. Alhamdulillah, puji sukur kehadirat Allah SWT yang sudah memberi keringanan untuk kami berdua.
Berita senang itu masihlah kusimpan dalam handphoneku, serta semangat yang dia berikanlah padaku : “Bunda, alhamdulillah kita miliki kehidupan sendiri yang kita dapat berbarengan berjuang serta mencapai yang diimpikan. Semangat ya bunda, doa bapak senantiasa terucap untukmu”. Subhanallah, beliau begitu menyayangiku, senantiasa kobarkan semangat untukku.
Tanggal 4 November, sms untuk sms masihlah kuterima sampai jam 12. 45. Kubalas sms itu serta masuk sampai jam 14. 00. kebahagiaan menyelimuti hidup kami, serta tidak kami sangka serta tidak kami kira, nyatanya Allah miliki gagasan besar untuk kami.
Jam 15. 00 saat Thailand, suamiku alami kecelakaan speedboad, serta
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, dia berpulang pada Allah Sang Maha Pencipta. Berita itu kuterima jam 21. 30 malam, saat berita itu di sampaikan padaku, saya cuma dapat mengambil air wudhu lalu menangis di hadapan Allah, sholat sunnah 2 rokaat untuk memperkuat hatiku, sampai yang keluar hanya “Innalillahi wa inna illaihi roji’un. Allahuma Ajirnii fii mushibati wakhlufli khoiru minha…” Ya Allah berilah saya pahala atas ujian ini, ringankanlah ujian ini, serta ubahlah dengan yang lebih baik…”
Linangan airmata tidak henti dari mataku, bibirku kelu untuk berucap apa pun, saya tidak kuasa menahan tangis saat orang2 mulai berdatangan untuk mengatakan bela sungkawa padaku. Cuma lantunan “Laa haula wa laa quwwata illa billah” yang dapat saya katakan untuk memperkuatku.
Hari senin, saya masihlah menantikan kepulangan jenazan suami terkasih. Kupenuhi dengan sholat, tak tahu sholat sunah apa pun saya upayakan kerjakan supaya saya tetaplah khusnudzon sama Allah, demikian berat rasa-rasanya hati ini untuk terima takdir Allah. Putraku masihlah 4 bln.. Senin, perbincangan panjang mengenai pemulangan suamiku, serta saya menhandle sendiri. Semua bermusayawarah denganku mengenai kepulangan jenazah suamiku.
Hari selasa tiba, jadwal kepulangan suamiku memanglah sesuai sama jadwal kepulangan yang direncanakan. Cuma yang tidak sama yaitu wujudnya. Dia berpulang dalam kondisi membujur kaku tidak berucap sedikitpun. Saya menginginkan menjemputnya dalam pelukanku, walau demikian dia telah dibungkus peti jenazah dengan rapi serta di atasnya yaitu surat2 kematian untukku, bukanlah pesan indah darinya namun pesan dari KBRI di Thailand.
Selasa, 6 November 2007, kami keluarga besar beserta tim dari UGM menjemputnya di bandara AdiSucipto. Saya tidak dapat untuk meguasai diriku, airmata keluar tidak merasa sebagai bentuk cintaku kepadanya. Laa haula walla quwwata tidak henti dari bibirku, sembari menggendong putraku saya menegur suamiku.. “Assalamu’alaikum sayangku, cintaku…Selamat datang suamiku terkasih.. ” Saya cuma mencium peti jenazahnya, bukanlah dianya. Allahu Akbar..
Hingga dirumah duka, peti jenazah di buka, subhanallah, allahu akbar, suamiku tersenyum di peti jenazah itu. Berkali-kali saya menyeka berwajah, serta air mataku kutahan dengan sekuat tenagaku. Saya temaninya di dekat peti jenazah suamiku..
Pemakamanpun tiba, saya temaninya sampai beliau dimasukkan kedalam liang kubur. Serta itu untuk paling akhir kalinya saya melihat suamiku terkasih, tetesan airmata membaasahi pipiku.. Saya tidak dapat untuk berucap apa pun terkecuali lantunan doa untuk dia untuk suami tercinta…
Saya pulang dari makam dengan langakh gontai, namun saya ingat anakku…
Selamat Jalan suamiku terkasih, mudah-mudahan Allah mengampunimu.. engkau pergi ke Thailand dalam rencana menuntut pengetahuan serta menebarkan pengetahuan, serta memperjuangkan keluargamu serta saat depanmu. Banyak yang menyampaikan engkau syahid suamiku, karena engkau wafat terbenam.
Suamiku terkasih, selamat Jalan…Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu, melapangkan kuburmu, menerangi kuburmu, serta jadikan kuburmu sebagai sisi dari taman surgaNya..
Saya begitu mencintaimu suamiku..
(Mudah-mudahan Allah memberi kemampuan pada saya serta putra saya untuk meneruskan perjuangan untuk ridhoNya..)
Linangan airmata tidak henti dari mataku, bibirku kelu untuk berucap apa pun, saya tidak kuasa menahan tangis saat orang2 mulai berdatangan untuk mengatakan bela sungkawa padaku. Cuma lantunan “Laa haula wa laa quwwata illa billah” yang dapat saya katakan untuk memperkuatku.
Hari senin, saya masihlah menantikan kepulangan jenazan suami terkasih. Kupenuhi dengan sholat, tak tahu sholat sunah apa pun saya upayakan kerjakan supaya saya tetaplah khusnudzon sama Allah, demikian berat rasa-rasanya hati ini untuk terima takdir Allah. Putraku masihlah 4 bln.. Senin, perbincangan panjang mengenai pemulangan suamiku, serta saya menhandle sendiri. Semua bermusayawarah denganku mengenai kepulangan jenazah suamiku.
Hari selasa tiba, jadwal kepulangan suamiku memanglah sesuai sama jadwal kepulangan yang direncanakan. Cuma yang tidak sama yaitu wujudnya. Dia berpulang dalam kondisi membujur kaku tidak berucap sedikitpun. Saya menginginkan menjemputnya dalam pelukanku, walau demikian dia telah dibungkus peti jenazah dengan rapi serta di atasnya yaitu surat2 kematian untukku, bukanlah pesan indah darinya namun pesan dari KBRI di Thailand.
Selasa, 6 November 2007, kami keluarga besar beserta tim dari UGM menjemputnya di bandara AdiSucipto. Saya tidak dapat untuk meguasai diriku, airmata keluar tidak merasa sebagai bentuk cintaku kepadanya. Laa haula walla quwwata tidak henti dari bibirku, sembari menggendong putraku saya menegur suamiku.. “Assalamu’alaikum sayangku, cintaku…Selamat datang suamiku terkasih.. ” Saya cuma mencium peti jenazahnya, bukanlah dianya. Allahu Akbar..
Hingga dirumah duka, peti jenazah di buka, subhanallah, allahu akbar, suamiku tersenyum di peti jenazah itu. Berkali-kali saya menyeka berwajah, serta air mataku kutahan dengan sekuat tenagaku. Saya temaninya di dekat peti jenazah suamiku..
Pemakamanpun tiba, saya temaninya sampai beliau dimasukkan kedalam liang kubur. Serta itu untuk paling akhir kalinya saya melihat suamiku terkasih, tetesan airmata membaasahi pipiku.. Saya tidak dapat untuk berucap apa pun terkecuali lantunan doa untuk dia untuk suami tercinta…
Saya pulang dari makam dengan langakh gontai, namun saya ingat anakku…
Selamat Jalan suamiku terkasih, mudah-mudahan Allah mengampunimu.. engkau pergi ke Thailand dalam rencana menuntut pengetahuan serta menebarkan pengetahuan, serta memperjuangkan keluargamu serta saat depanmu. Banyak yang menyampaikan engkau syahid suamiku, karena engkau wafat terbenam.
Suamiku terkasih, selamat Jalan…Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu, melapangkan kuburmu, menerangi kuburmu, serta jadikan kuburmu sebagai sisi dari taman surgaNya..
Saya begitu mencintaimu suamiku..
(Mudah-mudahan Allah memberi kemampuan pada saya serta putra saya untuk meneruskan perjuangan untuk ridhoNya..)
CAR,FOREX,DOMAIN,SEO,HEALTH,HOME DESAIN