Kejadian aneh terjadi di sebuah kawasan yang disebut “Akhir Dunia”. Tepatnya berada di tundra terpencil daerah Belly Island, Siberia Utara, di perairan Laut Kara, dekat Semenanjung Yamal yang memiliki arti “Akhir Dunia” dalam bahasa penduduk asli Nenets.
Terdapat permukaa tanah lunak yang mirip dengan trampolin pada daerah “Akhir Dunia”. Ditambah dengan keberadaan kantong gas di bawah tanah beku (permafrost) menambah sederetan kejadian ganjil yang terjadi pada wilayah tersebut. Kejadian tersebut dapat juga menjadi peringatan tanda bahaya untuk penduduk Bumi.
Para peneliti yang melakukan ekspedisi tersebut kemudian menyingkirkan laporan tanah berumput di atasnya. Berdasarkan pengukuran, konsentrasi karbon dioksida yang dilepaskan sekitar 20 kali diatas normal. Sementara, kadar metana (CH4) bahkan 200 kali lebih tinggi.
“Saat kami melepas lapisan rumput dan tanah, gas keluar dari sana seperti air mancur,” kata tim peneliti Rusia, seperti dikutip dari Siberian Times, Sabtu (23/7/2016).
Berdasarkan teori awal, hal itu disebabkan suhu terik musim panas telah melelehkan tanah beku dan memicu gas-gas yang telah lama beku akhirnya lepas.
Ilmuwan lainnya, yang terlibat dalam penelitian tersebut, Alexander Sokolov, mengaku bahwa ia kali pertama menyaksikan fenomena aneh tersebut pada musim panas tahun lalu selama ekspedisi di pulau tersebut.
“Kami tidak mengetahui tentang gelembung-gelembung itu sebelum ekspedisi,” kata Skolov dari Ural Departement of the Russian Academy of Sciences.
Dia menceritakan, perjalanan panjangnya bersama rekannya tiap hari, menempuh jarak yang jauh, sebelum bertemu gelembung itu.
Ia mengaku sudah 20 tahun bekerja pada area Yamal selama 20 tahun, namun baru kali ini menemukan hal aneh seperti itu.
Terdapat permukaa tanah lunak yang mirip dengan trampolin pada daerah “Akhir Dunia”. Ditambah dengan keberadaan kantong gas di bawah tanah beku (permafrost) menambah sederetan kejadian ganjil yang terjadi pada wilayah tersebut. Kejadian tersebut dapat juga menjadi peringatan tanda bahaya untuk penduduk Bumi.
Para peneliti yang melakukan ekspedisi tersebut kemudian menyingkirkan laporan tanah berumput di atasnya. Berdasarkan pengukuran, konsentrasi karbon dioksida yang dilepaskan sekitar 20 kali diatas normal. Sementara, kadar metana (CH4) bahkan 200 kali lebih tinggi.
“Saat kami melepas lapisan rumput dan tanah, gas keluar dari sana seperti air mancur,” kata tim peneliti Rusia, seperti dikutip dari Siberian Times, Sabtu (23/7/2016).
Berdasarkan teori awal, hal itu disebabkan suhu terik musim panas telah melelehkan tanah beku dan memicu gas-gas yang telah lama beku akhirnya lepas.
Ilmuwan lainnya, yang terlibat dalam penelitian tersebut, Alexander Sokolov, mengaku bahwa ia kali pertama menyaksikan fenomena aneh tersebut pada musim panas tahun lalu selama ekspedisi di pulau tersebut.
“Kami tidak mengetahui tentang gelembung-gelembung itu sebelum ekspedisi,” kata Skolov dari Ural Departement of the Russian Academy of Sciences.
Dia menceritakan, perjalanan panjangnya bersama rekannya tiap hari, menempuh jarak yang jauh, sebelum bertemu gelembung itu.
Ia mengaku sudah 20 tahun bekerja pada area Yamal selama 20 tahun, namun baru kali ini menemukan hal aneh seperti itu.
Dengan instrumen penganalisis gas yang setara dengan 7 juta rubel atau Rp 1,4 Miliar Rupuah, diketahui terdapat kandungan dua gas rumah kaca, karbon dioksida dan metana.
Pengukuran puncak menunjukkan kandunga CO2 mencapai 7750 ppm, dan CH4 mencapai 375 ppm.
Dr Sokolov yakin, pemanasan global ada di balik fenomena tersebut. “Ada kemungkinan panas luar biasa selama 10 hari bisa memicu mekanisme yang mencairkan level terluar permafrost dan melepaskan sejumlah gas,” paparnya.
Bahkan ahli geologi menduga, mungkin telah terjadi kebocoran gas dari bawah tanah. Namun, dugaan itu dibantah oleh Sokolov. Menurutnya itu tidak mungkin terjadi sebab, permafrost yang lebih padat (solid) tetap utuh dibawah gelembung tersebut.
Dr Sokolov juga menambahkan, ia yakin, gas keluar dari bawah permukaan permafrost hingga kedalaman 1 meter. Ia lebih mengkhawatirkan akibatnya.
banyakbaca.com |
Para ilmuwan terlah memperingatkan potensi malapetaka akibat pemanasan global yang merujuk pada pelepasan gas-gas berbahaya dari dalam tanah Arktik ke atas atmosfer Bumi.
Ada pula yang menduga bahwa lubang tersebut bikinan UFO, sebagai pintu rahasia menuju kedalam lapisan Bumi. Namun sejumlah orang mengira itu adalah tempat uji coba senjata bahkan ada yang menduga itu adalah bekas tumbukan meteorit.
Kebanyakan ilmuwan kini meyakini, kawah-kawah tersebut tercipta akibat ledakan gas metana yang terkunci oleh suhu udara yang memanas di wilayah utara Rusia.
Teori utama yang terkait kawah di Yamal adalah, lubang yang terbentuk oleh pingo, yaitu gundukan berbentuk kubah di atas inti es yang meledak akibat tekanan dari gas metana yang keluar bersama lapisan es yang mencair akibat perubahan iklim.
Kawah tersebut pertama kali pertama dijumpai oleh pengembala rusa yang nyaris jatuh ke dalamnya. Sejak saat itu, ukuran lubang terus membesar hingga 15 kali selama 1,5 tahun kemudian.
Kini, kawah tersebut bisa saja menganga dengan diameter 70 meter. Namun, tak ada survei ilmiah yang dilakukan pada wilayah terpencil tersebut, sehingga tak ada yang dapat memastikannya
CAR,FOREX,DOMAIN,SEO,HEALTH,HOME DESIGN